Sabtu, 13 Maret 2010

MUHRIM DALAM ISLAM

Pada kesempatan lalu telah dikupas masalah mahrom bagi wanita. Nah pada
kesempatan kali ini, kita simak pembahasan tentang beberapa kekeliruan
sebagian kalangan dalam memahami mahrom. Dilanjutkan tentang hukum-hukum
yang berkaitan dengan mahrom. Semoga bermanfaat.

DIANGAP MAHROM PADAHAL BUKAN

Disebabkan keogahan dalam mendalami ilmu agama Islam, maka banyak kita
jumpai adanya beberapa anggapan keliru dalam mahrom. Otomatis berakibat
fatal, orang-orang yang sebenarnya bukan mahrom dianggap sebagai mahromnya.
Sangat ironis memang, tapi demikianlah kenyataannya. Oleh karena itu
dibutuhkan pembenahan secepatnya.

Berikut ini beberapa orang yang dianggap mahrom tersebut:

*[1]. Ayah Dan Anak Angkat*.
Hal ini berdasarkan firman Allah :
"Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu."
[Al-Ahzab: 4]

*[2]. Sepupu (Anak Paman/Bibi).*
Hal ini berdasarkan firman Allah setelah menyebutkan macam-macam orang yang
haram dinikahi:

"Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian. [An-Nisa': 24]

Menjelaskan ayat tersebut, Syaikh Abdur Rohman Nasir As-Sa'di berkata:

" Hal itu seperti anak paman/bibi (dari ayah) dan anak paman/bibi (dari
ibu)". [Lihat Taisir Karimir Rohman hal 138-139]

*[3]. Saudara Ipar.*
Hal ini berdasarkan hadits berikut:
"Waspadailah oleh kalian dari masuk kepada para wanita, berkatalah seseorang
dari Anshor: "Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu kalau dia adalah
Al-Hamwu (kerabat suami)? Rasulullah bersabda; "Al-Hamwu adalah merupakan
kematian". [HR Bukhori; 5232 dan Muslim 2172]

Imam Baghowi berkata; " Yang dimaksud dalam hadits ini adalah saudara suami
(ipar) karena dia tidak termasuk mahrom bagi si istri. Dan seandainya yang
dimaksud adalah mertua padahal ia termasuk mahrom, lantas bagaimanakah
pendapatmu terhadap orang yang bukan mahrom?" Lanjutnya: "Maksudnya,
waspadalah terhadap saudara ipar sebagaimana engkau waspada dari kematian".

*[4]. Mahrom Titipan*.
Kebiasaan yang sering terjadi, apabila ada seorang wanita ingin bepergian
jauh seperti berangkat haji, dia mengangkat seorang lelaki yang 'berlakon'
sebagai mahrom sementaranya. Ini merupakan musibah yang sangat besar. Bahkan
Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani menilai dalam Hajjatun Nabi (hal 108) ;
"Ini termasuk bid'ah yang sangat keji, sebab tidak samar lagi padanya
terdapat hiyal (penipuan) terhadap syari'at. Dan merupakan tangga
kemaksiatan".




*MACAM-MACAM MAHROM*

*[A]. Mahrom Karena Nasab (Keluarga)
*Mahrom dari nasab adalah yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam surat
An-Nur 31:

"Katakanlah kepada wanita yang beriman:

Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada :

suami mereka, atau

ayah mereka, atau

ayah suami mereka, atau

putra-putra mereka, atau

putra-putra suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau

putra-putra saudara laki-laki mereka, atau

putra-putra saudara perempuan mereka, atau

wanita-wanita Islam, atau

budak-budak yang mereka miliki, atau

pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung"


Para ulama' tafsir menjelaskan: " Sesungguhnya lelaki yang merupakan mahrom
bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat ini, mereka adalah:

[1]. Ayah (Bapak-Bapak)
Termasuk dalam katagori ayah (bapak) adalah kakek, baik dari bapak maupun
ibu. Juga bapak-bapak merke ke atas. Adapun bapak angkat, maka dia tidak
termasuk mahrom berdasarkan firman Allah Ta'ala;

"Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu ....
"[Al-Ahzab: 4]

Dan berkata Imam Muhammad Amin Asy Syinqithi rahimahullah, "Difahami dari
firman Allah Ta'ala " Dan istri anak kandungmu ..." (QS. An Nisa: 23) bahwa
istri anak angkat tidak termasuk diharamkan, dan hal ini ditegaskan oleh
Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 4, 37,40" [Adlwaul Bayan 1/232]

Adapun bapak tiri dan bapak mertua akan dibahas pada babnya.

[2]. Anak Laki-Laki
Termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah: cucu, baik dari
anak laki-laki maupun anak perempuan dan keturunan mereka. Adapun anak
angkat, maka dia tidak termasuk mahrom berdasarkan keterangan di atas. Dan
tentang anak tiri dan anak menantu akan dibahas pada babnya.

[3]. Saudara Laki-Laki, Baik Sekandung, Sebapak Atau Seibu Saja.

[4]. Anak Laki-Laki Saudara (Keponakan)
Bbaik dari saudara laki-laki maupun perempuan dan anak keterunan mereka.
[Lihat Tafsir Qurthubi 12/232-233]

[5]. Paman.
Baik dari bapa atau pun dari ibu.
Berkata syaikh Abudl karim Ziadan;" Tidak diebutkan paman termasuk mahrom
dalam ayat ini (An-Nur 31) dikarenakan kedudukan paman sama seperti
kedudukan orang tua, bahkan kadang-kadang paman juga disebut sebagai bapak,
Allah berfirman ;

"Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya:"Apa yang kamu sembah sepeninggalku". Mereka
menjawab:"Kami akan menyembah Tuhan-mu dan Tuhan bapak-bapakmu, Ibrahim,
Isma'il, dan Ishaq, ...". [Al-Baqarah :133]

Sedangkan Ismai'il adalah paman dari putra-putra Ya'qub. [Lihat Al-Mufashal
Fi Ahkamil Mar;ah 3/159]

Bahwasannya paman termasuk mahrom adalah pendapat jumhur ulama'. Hanya saja
imam Sya'bi dan Ikrimah, keduanya berpendapat bahwa paman bukan termasuk
mahrom karena tidak disebutkan dalam ayat (An-Nur 31), juga dikarenakan
hukum paman mengikuti hukum anaknya." (Lihat afsir Ibnu Katsir 3/267, Tafsir
Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Qurthubi 12/155)

*[B]. Mahrom Karena Persusuan*

Pembahasan ini dibagai menjadi beberapa fasal sbb:

[a]. Definisi Hubungan Persusuan
Persusuan adalah masuknya air susu seorang wanita kepada anak kecil dengan
syarat-syarat tertentu. [Al Mufashol Fi Ahkamin Nisa' 6/235]

Sedangkan persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahrom adalah
limakali persusuan pada hadits dari Aisyah radhiallahu 'anha.

"Termasuk yang di turunkan dalam Al-Qur'an bahwa sepuluh kali pesusuan dapat
mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan." [HR
Muslim 2/1075/1452, Abu Daud 2/551/2062, Turmudhi 3/456/1150 dan lainnya)
Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama'.
(lihat Nailul Author 6/749, Raudloh Nadiyah 2/175]

[b]. Dalil Hubungan Mahrom Dari Hubungan Persusuan.

Qur'an :
" ... Juga ibu-ibumu yang menyusui kamu serta saudara perempuan sepersusuan
..." [An-Nisa' : 23]

Sunnah :
Dari Abdullah Ibnu Abbas radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wassalam bersabda :

"Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab." [HR Bukhori
3/222/2645 dan lainnya]

[c]. Siapakah Mahrom Wanita Sebab Persusuan?

Mahrom dari sebab persusuan seperti mahrom dari nasab yaitu:
[1]. Bapak persusuan (Suami ibu susu)
Termasuk juga kakek persusuan yaitu bapak dari bapak atau ibu persusuan,
juga bapak-bapak mereka di atas.
[2]. Anak laki-laki dari ibu susu
Termasuk di dalamnya adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun
perempuan. Juga anak keturunan mereka.
[3]. Saudara laki-laki sepersusuan, baik kandung maupun sebapak, atau seibu
dulu.
[4]. Keponakan sepersusuan (anak saudara persusuan), bail persusuan
laki-laki atau perempuan, juga keturuanan mereka
[5]. Paman persusuan (Saudara laki-laki bapak atau ibu susu)

(Lihat Al Mufashol 3/160 dengan beberapa tambahan)

*[C]. Mahrom Karena Mushoharoh*

[a]. Definisi Mushoharoh
Berkata Imam Ibnu Atsir; " Shihr adalah mahrom karena pernikahan." [An Niyah
3/63]

Berkata Syaikh Abdul Karim Zaidan; " Mahrom wanita yang disebabkan
mushoharoh adalah orang-orang yang haram menikah dengan wanita tersebut
selam-lamanya seperti ibu tiri, menantu perempuan, mertua perempuan. [Lihat
Syarah Muntahal Irodah 3/7]

[b]. Dalil Mahrom Sebab Mushaharoh
Firman Allah:

"Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka...." [An-Nur 31]

"Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu..."
[An-Nisa' : 22]

"Diharamkan atas kamu (mengawini) ...ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya;(dan diharamkan bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu (menantu);,...[An-Nisa :23]

[c]. Siapakah Mahrom Wanita Dari Sebab Mushoharoh

Ada lima yakni :
[1]. Suami
Berkata Imam Ibnu Katsir ketika manafsirkan friman Allah Ta'ala surat An Nur
31:

"Adapun suami, maka semua ini (bolehnya menampakkan perhiasan, perintah
menundukkan pandangan dari orang lain-pent-) memang diperuntukkan baginya.
Mka seorang istri berbuat sesuatu untuk suaminya yang tidak dilakukannya
dihadapan orang lain.: [Tafsir Ibnu Katsir 3/267]

[2]. Ayah Mertua (Ayah Suami)
Mencakup ayah suami datu bapak dari ayah dan ibu suami juga bapak-bapak
mereka ke atas. [Lihat Tafsir sa'di hal 515, Tafsir Tahul Qodir 4/24 dan
Al-Qurthubi 12/154]

[3]. Anak Tiri (Anak Suami Dari Istri Lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri laki-laki
maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka [Lihat Tafsir Tahul Qodir
4/24 dan Al-Qurthubi 12/154]

[4]. Ayah Tiri (Suami Ibu Tapi Bukan Bapak Kandungnya)
Maka haram bagi seorang wanita untuk dinikahi oleh ayah tirinya, kalau sudah
berjima' dengan ibunya. Adapun kalau belum maka hal itu dibolehkan [Lihat
Tafsir Qurthubi 5/74]

[5]. Menantu Laki-Laki (Suami putri kandung) [Lihat Al Mufashol 3/162]
Dan kemahroman ini terjadi sekedar putrinya di akadkan kepada suaminya.
[Lihat Tafisr Ibnu Katsir 1/417]


[Disalin dengan sedikit diringkas dari: Majalah "Al Furqon", Edisi 3 Th. II,
Syawal 1423, hal 29-32]